Masyarakatnya yang religius, letaknya yang berada dipesisir, pemandangan alam yang begitu menawan, serta perjalanan historis panjang yang telah dilalui, menjadikan Aceh sebagai daerah Istimewa yang mempunyai keunaikan dan kekhasan tersendiri.
Karakter masyarakat Aceh yang cenderung keras dan pemberani, seperti orang pesisir pada umumnya. Itu kesan pertama saya pada saat pertama menginjakkan kaki saya dibumi Aceh, namun lambat laun kesan tersebut akhirnya hilang setelah saya mengambil tas diruang tunggu bagasi pesawat dan

Konon Agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali dipantai pantai pesisir Aceh. membentang sepanjang selat malaka yang dibawa oleh para pedagang dari Arab dan persia, mereka melakukan perjalanan perdagangan menuju daerah Timur. Bumi aceh sebagai tempat singgah untuk memperbaiki kapal mereka dan juga berdagang dengan penduduk setempat. Namun seiring dengan waktu, pada akhir abad kedua barulah Islam berkembang pesat dan secara terang terangan disebarkan oleh para Ulama yang sebagian besar berasal dari Persia dan India. Dan pada tahun 225H diproklamirkanlah Kerajaan Islam Perlak, yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Asia Tenggara pada saat itu. Dengan Raja Pertamanya Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Aceh kemudian dikenal sebagai kota dan Pelabuhan Niaga yang ramai.

Banyak tempat wisata dan situs sejarah yang ingin saya kunjungi hari ini, tetapi saya juga tidak ingin berharap banyak karena kita tiba pukul 4 sore. Sepanjang perjalanan saya masih banyak melihat puing – puing bangunan Setelah Aceh dilanda Musibah Tsunami, yang telah memakan banyak korban jiwa dan memporak porandakan bangunan yang ada. Pada umumnya masyarakat aceh bermata pencaharian Nelayan dan petani, banyak rumah yang dibangun dipesisir pantai dan sekarang hampir rata dengan tanah. Akomodasi dan penginapan di Aceh banyak hotel kelas melati yang banyak terdapat dipusat kota, tarif kamarpun bervariasi dari Rp 100.000 sampai dengan Rp 200.000.

Kebanggaan arsitektur Masyarakat Aceh salah satunya adalah Mesjid Raya Baiturahman, mesjid ini terletak dipusat Kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan Pasar Aceh, mesjid yang berdiri kokoh dan terawat ini masih digunakan sesuai dengan fungsinya sampai sekarang. sehingga merupakan Mesjid kebanggaan dan ikon masyarakat Aceh, Mesjid ini selamat dari musibah Tsunami meskipun sempat digenangi air setinggi 3 meter pada saat itu, namun mesjid ini sudah banyak menyelamatkan masyarakat Aceh pada musibah Tsunami tersebut. Mesjid Raya ini mempunyai Perjalanan historis yang panjang, dahulu pada tahun 1873 mesjid ini pernah dibakar pada saat Belanda menyerang wilayah ini. Namun kemarahan rakyat Aceh membuat belanda membangun kembali mesjid tersebut pada tahun 1875. mesjid ini mempunyai 5 kubah, kubah utama menjulang tinggi dan dalam interior mesjid banyak dihiasi ukiran yang unik dan menarik. Tidak salah Mesjid ini menjadi icon Masyarakat Aceh, karena keindahan arsitektur dan kokohnya bangunan mesjid ini. Didepan mesjid ada kolam air teratai yang berjarak 20 meter sampai batas gerbang utama mesjid, walaupun cuaca yang tidak mendukung. Saya tetap mengambil foto foto mesjid ini, dan pada saat cuaca bagus. Saya akan kembali untuk mengabadikan mesjid yang terindah dikota Aceh ini.

Kota Banda Aceh juga memiliki Musium Negeri yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Raya, jaraknya hanya 3 km dan kita tempuh hanya beberapa menit saja. Didalam musium banyak terdapat tulisan budaya Aceh, tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat dan ukiran. Didalam komplek musium ini terdapat satu bangunan yang sangat mencolok, dan terlihat jelas dilihat dari jalan umum. Yaitu Rumoh Aceh, rumah adat Aceh yang berbentuk rumah panggung berpintu sempit, dan dihiasi oleh ukiran kayu yang sangat indah dan motif Aceh yang unik. Rumah adat ini terlihat sangat terawat baik, dan musiumnya pun terpelihara dengan baik. Banyak koleksi barang barang purbakala yang dimiliki oleh musium ini, diantaranya adalah Lonceng CakraDonya, lonceng ini merupakan hadiah dari Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. ini membuktikan, Aceh sejak dahulu merupakan kota dan Pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi oleh pedagang yang datang dari berbagai Penjuru negara.

Dahulu Kerajaan Aceh dan kerajaan melayu atau Malaysia yang kita kenal sekarang ini sangat berkaitan erat. Gunongan ini dikelilingi oleh taman yang asri. Bangunanya berbentuk seperti bukit dan benteng kokoh, pada awalnya saya tidak mengerti dahulu bangunan ini digunakan dan berfungsi sebagai apa. Karena bentuknya yang aneh dan tidak seperti bangunan bangunan yang seperti umumnya, disebelah kanan bangunan ini terdapat musium yang berisi tentang informasi Gunongan ini.

Salah satu pantai yang kita tuju hari ini adalah pantai lhok ngaa, Pantai ini terletak ditepi barat Aceh. Lama perjalanan menuju pantai ini kurang lebih 40 menit melalui Kendaraan yang berjarak 17km dari kota Aceh. Pantai ini cukup terkenal dan merupakan tempat wisata favorite masyarakat Aceh, sayangnya sesampai kami disana. Banyak bangunan sarana dan prasarana pariwisata dipantai ini hancur akibat bencana Tsunami, dipantai lhok ngaa ini tak habis habisnya kekaguman saya melihat keindahan disetiap sudut pantai. Pantai ini begitu alami dan masih perawan, hamparan pasir yang berbatasan dengan lautan, tumbuhan hijau dan rindangnya pepohonan sebagai latar belakang pantai ini yang dikelilingi oleh bukit yang tinggi. Dipantai ini kita dapat melakukan aktivitas seperti memancing, berlayar, menyelam dan berjemur diatas pasir, tidak jauh dari Pantai ini terdapat sebuah pabrik semen Andalas.

Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Ulee lhuee kita menyaksikan dikanan kiri jalan banyak terdapat rumah dan bangunan yang hancur akibat tsunami, kawasan ini salah satu wilayah yang terparah terkena bencana karena jaraknya yang dekat dengan pusat kota dan berjarak 5km. Banyak pembangunan yang dibangun oleh lembaga bantuan asing, namun kawasan ini belum cukup ramai dengan penduduk. Mereka masih trauma dengan musibah Tsunami, setelah mencapai Pelabuhan Ulee lhuee kami membayar tiket untuk 4 orang. Jam pemberangkatan pukul 09.00 pagi kami masih mempunyai waktu setengah jam, sehingga kami berkeliling untuk melihat pantai Ulee Lhuee yang begitu cantiknya. Dipantai ini pada saat air sedang surut nampak karang karang dibeberapa bagian, dikejauhan terlihat panorama bukit yang asri.

Pulau sabang biarpun terkena bencana tsunami, tetapi bangunan dan wilayah yang terkena tidak banyak yang hancur. Satu satunya daerah di Aceh yang tidak ada kerusakan parah disini, ini dikarenakan disekitar pulau weh terdapat dua palung yang cukup dalam. semoga keamanan dan kedamaian dibumi Aceh semakin membaik, Agar keindahan dan panorama dapat dinikmati oleh kita bersama.