Putra Aceh kelahiran Desa Tanoh Abee,
Seulimeum, Aceh Besar, yang pernah memegang beberapa jabatan penting di Aceh, baik jabatan militer sebagai seorang TNI (
Tentara Nasional Indonesia), maupun jabatan di pemerintahan sipil.
Beliau pernah menjadi Komandan Korem (DANREM) di Lhokseumawe.
Menjadi Kepala Staf Kodam (KASDAM) Iskandar Muda.
Menjadi
WAKIL GUBERNUR ACEH,
KETUA DPRD ACEH, dan
ANGGOTA MPR-RI.
Beliau meninggal ditembak dari jarak dekat pada tanggal 10 Mei 2001, sepulang shalat maghrib dari Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Pangkat terakhirnya adalah
MAYOR JENDERAL.
BANDA ACEH, KAMIS - 10 MEI 2001 - Di dalam
Masjid Raya Baiturrahman, seusai shalat maghrib berjamaah, Ustad Ameer Hamzah sedang berceramah. Tiba-tiba terdengar suara
ledakan pistol 3 kali… Ustad Ameer Hamzah dan para jamaah terkejut!
Begitu juga istri Teuku Djohan yang berada di rumahnya yang berjarak sekitar 50 meter dari mesjid.
Di jalan raya, Teuku Djohan telah terkapar dengan baju shalat dan kain sarung
bersimbah darah… Beberapa orang yang ada di sekitar lokasi tidak memberi pertolongan, mereka lari berhamburan masuk ke dalam toko dan mengunci pintu.
Tiba-tiba kota Banda Aceh gelap gulita karena listrik padam.
Seorang pria berlari ke rumah Teuku Djohan… Ia memberitahukan kejadian itu pada istri Teuku Djohan yang langsung syok mendengar berita itu dan segera berlari ke jalan raya.
Sementara di dekat jenazah Teuku Djohan, ada seorang lelaki berdiri menatap sang jenderal dalam kebisuan mencekam... Tiba-tiba datang seseorang dengan sepeda motor mendekati lelaki itu dan bertanya, “so nyan? Pak Djohan nyoe?” …(siapa itu? Pak Djohan yaa? ...) Lelaki yang ditanya mengangguk, dan si pengendara motor pun pergi menjauh.
Istri Teuku Djohan tiba di dekat mayat suaminya, lalu berlutut di aspal memeluk tubuh sang jenderal yang sudah kaku dan digenangi darah itu.